Abolisi Aturan Main Kreator: Di Balik Kisah Jessysaaas, Tren ‘Gerhana’ Karier, dan Bendera One Piece di Dunia Digital
Jakarta, Indonesia – Pada hari Jumat, 1 Agustus, saat linimasa digital dipenuhi dengan pencarian tentang “1 agustus hari apa” dan ucapan “happy girlfriend day”, sebuah kisah berbeda tentang hubungan dan identitas di dunia kreator mencuat ke permukaan. Ini adalah kisah Jessyca Azzahra, atau @jessysaaas, yang mempraktikkan esensi hubungan sahabat sejati dengan komunitasnya setiap hari, melampaui tren musiman. Ia telah melakukan sesuatu yang dianggap mustahil: sebuah abolisi total terhadap aturan main influencer.
Sebagai seorang kreator kecantikan, Jeje menjadikan kejujuran sebagai senjatanya di medan perang konten yang sesak. Gayanya yang blak-blakan dan transparan menjadi pembeda utama. Ia tidak ragu membagikan pengalamannya secara mendalam, mulai dari ulasan perawatan yang jarang dibahas seperti messo pipi dan eyelash care, hingga konten yang sangat relatable seperti video menata meja skincare. Konten-konten inilah yang menjadi bukti nyata dari ‘abolisi’ yang ia lakukan; ia menolak menampilkan citra sempurna dan lebih memilih menyajikan realita apa adanya.
Pendekatan ini terbukti efektif membangun kedekatan. Melalui akun barunya @jessysaaas, ia secara aktif membangun komunitas lewat Instagram Broadcast Channel, rutin membagikan skincare gratis, dan merespons curhatan pengikutnya. Kepercayaan yang ia bangun inilah yang membuatnya dilirik oleh lebih dari 100 brand lokal dan internasional sejak tahun 2020, sebuah validasi bahwa pasar kini lebih menghargai otentisitas daripada sekadar popularitas semu.
‘Gerhana’ Karier Demi Komunitas Otentik
Di saat banyak orang mencari tahu di Google “abolisi adalah“ sebuah penghapusan sistem, Jeje telah mempraktikkannya secara nyata. Ia secara sadar menghapus sistem yang mengagungkan jumlah pengikut buta, sebuah langkah yang memicu ‘gerhana’ dalam kariernya. Keputusannya meninggalkan akun lama dengan 60.000 pengikut terasa seperti fenomena langka gerhana matahari total; ia memblokir total cahaya popularitas lamanya, sebuah langkah berani yang justru menyingkapkan inti yang lebih murni dan bersinar, yaitu komunitasnya yang otentik.
Menolak Ikut ‘Pertandingan’, Memilih Membangun Warisan
Dunia kreator konten saat ini tak ubahnya arena olahraga dengan tensi tinggi. Setiap hari adalah pertandingan final, entah itu layaknya laga Vietnam U-23 vs Indonesia U-23 atau Roma vs AS Cannes, di mana semua orang bertarung dengan strategi serupa untuk merebut perhatian. Namun, Jeje menolak untuk ikut dalam pertandingan singkat itu. Ia tidak bermain untuk kemenangan hari ini, melainkan membangun sebuah warisan. Visinya adalah jangka panjang, memastikan bahwa brand dan komunitas yang ia bangun akan tetap relevan dan kokoh, bahkan hingga “28 years later”—jauh melampaui usia tren-tren sesaat.
Dengan memilih jalan ini, ia seolah memberikan dirinya sendiri sebuah ‘hari libur’ permanen dari tekanan. Sementara banyak orang di luar sana menantikan tanggal merah dan bertanya-tanya apakah “18 agustus libur”, Jeje telah menciptakan ‘kemerdekaan’-nya sendiri setiap hari. Kemerdekaan dari tuntutan untuk selalu tampil sempurna, kebebasan dari kewajiban untuk mengikuti setiap tren viral, dan istirahat dari kelelahan mengejar angka. Akun barunya adalah ruang di mana ia bisa berkarya dengan tulus, sebuah ‘hari libur’ kreatif yang ia ciptakan sendiri.
Mengibarkan Bendera Kebebasan di Lautan Kreator
Pada akhirnya, apa yang dilakukan Jessyca adalah sebuah deklarasi. Ia mengibarkan bendera One Piece versinya sendiri di tengah lautan luas para kreator. Bendera itu adalah simbol dari sebuah kru kecil yang solid dan setia (komunitasnya), sebuah penolakan untuk tunduk pada ‘Pemerintah Dunia’ (algoritma dan ekspektasi pasar), dan sebuah komitmen untuk menjalani petualangan mencari ‘harta karun’ yang paling berharga: kepercayaan.
Melalui ‘abolisi’ yang ia lakukan, ‘gerhana’ yang ia lewati, dan ‘bendera’ yang ia kibarkan, Jessyca Azzahra bukan lagi sekadar kreator konten. Ia menunjukkan bahwa ada rute lain menuju kesuksesan di dunia digital, sebuah rute yang mungkin lebih sepi, namun jauh lebih bermakna.
“Aku nyaman banget ada di titik ini, punya space kecil yang aman buat berekspresi. Followers aku mungkin belum sebanyak kreator besar lainnya, tapi aku tahu banget siapa yang selalu nonton, komen, dan dapat manfaat dari kontenku.”