Bonus demografi, sebuah fenomena langka di mana jumlah penduduk usia produktif melebihi jumlah penduduk non-produktif, menjadi sorotan pada tahun 2045 bagi Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2021, penduduk Indonesia didominasi oleh usia produktif (15-64 tahun) sebanyak 191,08 juta orang atau 70,72% dari total populasi (Novrizaldi, 2021). Hal ini jauh melampaui jumlah penduduk muda (0-14 tahun) sebanyak 63,03 juta orang (23,33%) dan penduduk lanjut usia (65 tahun ke atas) sebanyak 16,07 juta orang (5,95%) (Novrizaldi, 2021).
Demografi bonus mengacu pada percepatan pertumbuhan ekonomi yang dimulai dari perubahan struktur usia penduduk suatu negara dari tingkat kelahiran dan kematian yang tinggi menjadi rendah, sesuai dengan penelitian Gribble dan Bremner (2012) yang disebutkan dalam artikel oleh Feng (2011). Bonus demografi merupakan fenomena langka yang hanya terjadi sekali seumur hidup di suatu negara (Bando, 2020).
Dalam beberapa pandangan ahli demografi, keberhasilan kebijakan masa lalu yang berhasil menurunkan angka kelahiran dan kematian menjadikan Indonesia diharapkan memasuki era bonus demografi dalam beberapa tahun mendatang. Bonus demografi ditandai dengan peningkatan populasi usia kerja muda yang bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara, dan merupakan fenomena relatif baru dalam sejarah manusia.
Manfaat bonus demografi akan terwujud dalam pertumbuhan ekonomi, terutama dalam sektor ketenagakerjaan di Indonesia jika dikelola dengan baik untuk menciptakan tenaga kerja terampil sebagai modal manusia guna meningkatkan produktivitas kerja). Namun, organisasi seperti OECD (2021) mengingatkan bahwa produktivitas kerja adalah pendorong utama bagi perekonomian untuk maju ke tingkat pendapatan yang lebih tinggi dan meningkatkan standar hidup.
Produktivitas dalam konteks ekonomi diukur dari jumlah produksi yang dapat dihasilkan oleh satu unit tenaga kerja dalam setiap jam kerja, serta mendapatkan upah yang layak sesuai dengan kinerjanya. Namun, bonus demografi juga berpotensi menjadi bencana jika pemerintah tidak mampu mengantisipasinya dengan baik, berpotensi menimbulkan masalah peningkatan pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan sosial.
Tantangan terbesar saat ini di Indonesia adalah rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) yang menjadi alasan utama sulitnya Indonesia menjadi negara yang maju. Masalah kualitas SDM yang rendah akan berdampak buruk pada berbagai sektor, termasuk pendidikan, ekonomi, dan kesehatan, serta berpotensi menurunkan kualitas pekerjaan. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah Indonesia untuk mengelola bonus demografi ini dengan baik agar dapat meningkatkan kualitas SDM yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Dalam sektor kebijakan, solusi untuk mengoptimalkan bonus demografi melibatkan pendekatan terintegrasi yang mencakup kebijakan pendidikan yang baik, peningkatan infrastruktur kesehatan serta sistem kesejahteraan sosial, kebijakan ekonomi untuk menciptakan lapangan kerja dan mengembangkan keterampilan relevan, dan kelanjutan program keluarga berencana. Kebijakan yang terkoordinasi di sektor-sektor ini diperlukan untuk memastikan adopsi yang efektif dan menyeluruh guna memanfaatkan bonus demografi sebagai sumber daya manusia yang berkualitas serta memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan Indonesia.
Kegagalan Indonesia dalam memanfaatkan bonus demografi hanya akan menjadikannya beban tambahan yang besar, karena potensi SDM yang tidak termanfaatkan dengan baik, maka dalam kasus seperti ini pemerintah Indonesia sangat keras di harapkan agar bisa mengelola peristiwa ini dengan sangat hati hati. Pemerintah diharapkan dapat mengambil langkah-langkah strategis seperti investasi dalam pendidikan berkualitas tinggi, pelatihan kerja, dan pembangunan infrastruktur yang mendukung pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, hal ini akan membantu mengatasi tantangan kualitas SDM yang rendah dan memungkinkan pemanfaatan penuh dari bonus demografi, menjadikannya anugerah bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan serta kesejahteraan masyarakat Indonesia. Maka, kesadaran akan pentingnya mengelola bonus demografi dengan bijak menjadi kunci bagi Indonesia untuk meraih potensinya di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Novrizaldi. (2021). “Hasil Survei Penduduk 2020: Peluang Indonesia Maksimalkan Bonus Demografi.” Diakses dari https://www.kemenkopmk.go.id/hasil-survei-penduduk-2020-peluang-indonesia-maksimalkan-bonus-demografi
Gribble, J. N., & Bremner, J. (2012). Achieving a Demographic Dividend. Population Bulletin, 67(2). Washington, DC: Population Reference Bureau.
Feng, W. (2011). The Silver and White Economy: The Chinese Demographic Challenge. Published on the authority of the Secretary-General of the OECD. Diakses dari https://www.oecd.org/employment/leed/oecd-china-report-final.pdf
Bando, M. S. (2020). “Literacy Plays Important Role in Community’s Economy.” Disampaikan dalam acara Webinar “Literacy in Building Community’s Economy,” bulan Oktober. Diakses dari https://www.perpusnas.go.id
Organisation for Economic Cooperation and Development/OECD. (2021). Promoting Stronger Local Employment Outcomes in Indonesia. Diakses dari https://www.oecd-ilibrary.org/sites/1f8c39b2-en/index.html?itemId=/content/component/1f8c39b2-en