Karawang .targetnews.co.I’d. Rumah itu berdiri setengah runtuh, sunyi, dikelilingi tanaman liar yang menjalar ke dinding rapuh. Sekilas orang akan mengira itu rumah kosong yang sudah lama ditinggalkan. Tapi di dalamnya, Jaka (67) masih hidup. Sendirian bersama anaknya, ia bertahan di tempat yang lebih mirip rumah hantu ketimbang tempat tinggal.
Terletak di Dusun Tengah 1 RT 01/01, Desa Telukbango, Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang, rumah milik Jaka sudah roboh sebagian sejak tahun 2023. Dinding sisi kanan hancur, dan hanya ditutup dengan terpal bekas baliho yang compang-camping. Bagian lainnya ditopang kayu-kayu reyot agar tidak ikut ambruk.
> “Kalau kayunya lepas, mungkin saya dan anak saya akan tertimpa semuanya,” kata Jaka pelan, tatapannya kosong menembus dinding dari terpal yang menggigil terkena angin malam.
Lantai rumah hanya berupa tanah. Ketika hujan datang, air menggenang dan menciptakan suasana lembap dan becek seperti kubangan. Suara angin yang menerobos celah-celah membuat rumah itu terdengar seperti berbisik, seolah menyuarakan kesedihan penghuninya.
Jaka tinggal berdua dengan anaknya. Sang istri telah meninggal dunia tiga tahun lalu di tahun yang sama rumah ini mulai hancur. Ironisnya, janji bantuan dari pemerintah desa yang sempat mendokumentasikan rumahnya untuk program RUTILAHU tak kunjung terwujud.
> “Sudah tiga tahun saya menunggu, tapi rumah ini makin hancur. Saya takut suatu malam kami tidak bangun lagi karena ketimpa reruntuhan,” ungkap Jaka dengan suara gemetar.
Dari depan, rumah itu terlihat menyeramkan: gelap, dipenuhi tanaman liar, sunyi, dan tak menunjukkan tanda kehidupan. Namun di dalamnya, ada seorang kakek yang terus berdoa, berharap pemerintah daerah khususnya Pemkab Karawang membuka mata dan telinga.
Rumah ini bukan lagi tempat tinggal. Ini jerat pelan-pelan menuju bencana.
(Asim)