Blog  

Meningkatkan Kualitas Akses Energi di Indonesia dengan Energi Surya 

banner 468x60

Kontak Media: Tulus Abadi, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) #62 811 195-030

Jakarta, 6 Agustus 2024 Akses energi yang berkualitas merupakan hak masyarakat Dengan akses energi berkualitas yang mampu menyediakan listrik selama 24 jam dengan tegangan stabil, aktivitas ekonomi dapat dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

 

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan bahwa pada tahun 2023, lebih dari 9978 persen wilayah di Indonesia telah teralin hstrik. Angka capatan ini perlu dicermati lebih lanjut untuk memastikan akses energi yang diterima masyarakat dapat memenuhi layanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan serta menggerakkan aktivitas ekonomi Akses energi berkuakitas yang mampu memenuhi kebutuhan tersebut penting untuk memastikan bahwa melalu energi yang ditenma, masyarakat dapat makim berdaya dan mandin.

 

Situasi geografis Indonesia yang banyak terpisah oleh bentang alam seperti area pegunungan, pesisir, ataupun kepulauan menjadi tantangan dalam penyediaan energi. Sistem energi Indonesia saat im masih mengandalkan model penyediaan energi yang terpusat untuk kemudian disalurkan melalu jaringan transmisi.

 

Model penyediaan energi seperti ini memuliki nsiko terganggunya selunih sistem apabila terdapat gangguan pada salah satu bagian transmisi, seperti terjadi pada Juni 2024 di Sumatera

 

Situasi Indonesia ini membutuhkan pendekatan pembangkit energi terdesentrahsasi dengan

 

memanfaatkan potensi sumber energi lokal Pembangkit berbasis energi terbarukan seperti energi surya

 

menjadi pilihan potensial untuk memperkuat akses energi di Indonesia karena potensinya yang mencapai .000 20.000 GW .

 

Dari kacamata konsumen, penggunaan energi baru terbarukan (EBET) sangat penting YLKI menyatakan bahwa penggunaan energi terbarukan merupakan salah satu bentuk tanggung jawab konsumen untuk mewujudkan pola konsumsi yang berkelanjutan (susratnable consumpuon).

 

“Salah satu sumber EBET yang tersedia dan mudah diakses konsumen adalah energi surya YLKI mendorong semua pihak untuk menciptakan iklim kebijakan dan regulasi yang kondusif, sehingga masyarakat bisa dengan mudah mengakses dan menginstalasi energ: surya untuk memenuhi kebutuhan energi mereka,” jelas Tulus Abadi, Ketua Pengurus Harian YLKI pada Diskusi Kelompok Terpumpun (Focused Group Discussion) PLTS dalam Opi Konsumen. Arah, Tantangan, Dukungan Saat Im dan

 

Masa Depan yang dilaksanakan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) berkolaborasi dengan IESR dan Koaksi Indonesia

 

Selain membangun ekosistem pendukung tumbuhnya energi terbarukan, salah satunya energi surya, dan membuka akses informasi kepada masyarakat untuk bisa memanfaatkan energi terbarukan secara mandin, aksi dukungan pada kebijakan energi tetap harus digalakkan. Mariistya Citraningrum, Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan IESR, menyebutkan bahwa energi surya merupakan sumber energi yang demokratis.

 

“Dari beragam contoh pengembangan energi surya di Indonesta, terdapat empat catatan penting untuk memastikan dampaknya berkelanjutan, yaitu (1) beronentasi pada pengguna dan dampaknya, (2) identifikasi sistem yang sesuai dengan konteks lokal, (3) pendampingan berkelanjutan bagi komunitas dan masyarakat, serta (4) pengelolaan yang profesional,” kata Citra.

 

Selain itu, pemetaan sumber pembiayaan movatif perlu dilakukan untuk memastikan kebutuhan pengembangan energi surya direalisasikan dengan optimal Misalnya, dana desa, iuran swadaya masyarakat, dan program-program corporate social responsibility (CSR).

 

Edukasi publik untuk pengembangan PLTS juga perlu mendapatkan perhatian serius. Minimnya pengetahuan publik atas informasi energi yang berkelanjutan im tentunya akan berbanding lurus dengan permintaan, sehingga diperlukan upaya edukasi melalu berbagai medium dengan bahasa yang mudah dipahami.

 

“Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Koaksi Indonesia tahun 2019 diketahui bahwa 649» responden pernah melihat teknologi energi terbarukan, namun tidak merasa relevan dengan keludupan sehan-han,” kata Fitnanti Sofyan, Manajer Komunikasi dan Kampanye Koaksi Indonesia.

 

Rahmi Handayani, Vice President Penjualan PT PLN (Persero) menjelaskan kenaikan pelanggan PLTS atap menjadi cerminan minat masyarakat menggunakan energi surya.

 

Dari 2018—2024 jumlah pelanggan PLTS atap naik 15 kali, dan 609 menjadi 9 324 pelanggan. Secara kapasitas juga naik dan 2 MWp pada 2018 menjadi 197 MWp pada tahun 2024, atau naik sebanyak 98 kali.

 

“Minat masyarakat pada PLTS atap tinggi juga. Terhhat dari kuota PLTS atap pada Juli 2024 yang terjual sebanyak 88 persen atau 901 MWp,” kata Rahmi.

 

Terdapat potensi pemanfaatan energi surya dalam berbagai kondis: Tren adopsi PLTS atap juga menunjukkan peningkatan signifikan dalam 5 tahun terakhir. Kerjasama berbagai pihak melibatkan pemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan pihak pihak terkait untuk mengedukasi dan mendampingi masyarakat dalam upaya memanfaatkan energi surya dibutuhkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *