JAKARTA,4 Juni 2025 Sutradara senior Monty Tiwa mengaku pengalamannya selama 25 tahun di industri perfilman tidak banyak berguna saat mengarahkan film komedi absurd GJLS: Ibuku Ibu-Ibu.
Hal itu ia sampaikan dalam konferensi pers usai gala premiere film yang digelar di Senayan City XXI, Jakarta Pusat.
“25 tahun syuting loh, itu berantakan semua ilmunya. Nggak ada yang kepakai, beneran,” ungkap Monty disambut tawa hadirin.
Monty menjelaskan, GJLS: Ibuku Ibu-Ibu merupakan film dengan pendekatan komedi yang unik dan tak biasa. Film ini menampilkan kekacauan yang terorganisir lewat gaya penceritaan absurd dan improvisatif khas trio GJLS—Rigen Rakelna, Ananta Rispo, dan Hifdzi Khoir.
“Ada istilah breaking the fourth wall, ketika karakter ngomong langsung ke penonton. Tapi di film ini Rispo bahkan breaking the fifth wall karena ngomong langsung ke sutradara. Saya pikir belum ada teorinya di sinema mana pun,” ujar Monty.
Lebih lanjut, Monty mengaku bahwa film ini ia buat bukan sebagai “film Monty Tiwa yang menampilkan GJLS”, melainkan sebagai “film GJLS yang ada Monty-nya.”
“Saya hanya menyiapkan panggung. Karena jujur saja, nggak ada aturan perfilman yang bisa mengikat GJLS. Mereka terlalu liar, tapi justru di situlah letak kejujurannya,” tambahnya.
Film Absurd Sarat Tawa dan Sentuhan Keluarga
GJLS: Ibuku Ibu-Ibu menceritakan tiga saudara—diperankan oleh trio GJLS—yang berusaha menjegal rencana sang ayah untuk menikah lagi demi menyelamatkan harta warisan. Film ini memadukan elemen komedi absurd dengan dinamika keluarga yang menyentuh hati.
Film ini juga dibintangi oleh sejumlah nama besar seperti Nadya Arina, Bucek Depp, Luna Maya, hingga Ebel Cobra, serta deretan kameo menarik seperti Maxime Bouttier dan Umay Shahab.
Produser eksekutif Indra Yudhistira—sosok penting dalam perkembangan Stand Up Comedy Indonesia (SUCI)—mengatakan film ini tidak hanya menghibur, tapi juga memberi makna.
“Dengan gaya khas GJLS yang absurd, kami ingin mengajak penonton berdamai dengan hidup yang sering kali tak jelas, dan tetap bisa tertawa bersama orang-orang terdekat,” ucap Indra.
Gala Premiere yang Penuh Warna
Gala premiere film ini digelar penuh kemeriahan. Para pemain tampil dengan kostum mencolok—dasi oversized, jam tangan raksasa, hingga kacamata unik. Sementara undangan mengenakan dress code biru dan jeans sebagai simbol kebebasan berekspresi dalam absurditas.
Suasana gala mencerminkan semangat film ini: konyol namun tulus, absurd namun membumi.
Rigen Rakelna, mewakili GJLS, menyebut film ini sebagai pelarian sehat dari penatnya kehidupan.
“Karena hidup udah cukup bikin pusing, film ini bisa jadi pelarian paling waras. Kalian bisa ketawa, bisa relate, dan yang paling penting: merasa ditemani,” kata Rigen.
Dari Podcast ke Bioskop: “Scientific Comedy” ala GJLS
Setelah dikenal luas lewat siniar komedi mereka, GJLS kini naik kelas ke layar lebar. Sebelumnya, mereka juga sempat merilis film pendek berjudul Kuyup di YouTube pada 2020.
Baik film pendek maupun panjangnya mengusung genre yang mereka sebut sebagai scientific comedy, yaitu komedi dengan rumus dan struktur tertentu yang diyakini ampuh menghasilkan tawa.
Film ini merupakan produksi kolaborasi antara Amadeus Sinemagna dan Legacy Pictures, dan dijadwalkan tayang serentak di seluruh bioskop Indonesia mulai 12 Juni 2025.