Blog  

Kontroversi Viral di TikTok: Dwikorita Karnawati Bantah Klaim Gempa 8,7 SR Akan Lumpuhkan Jakarta

banner 468x60

Sebuah video viral di TikTok telah menciptakan gelombang kekhawatiran di kalangan warga Jakarta. Video tersebut, yang disebarkan dengan cepat, mengklaim bahwa seorang pejabat BMKG, Dwikorita Karnawati, memperingatkan bahwa gempa megathrust berkekuatan 8,7 SR akan menyebabkan kelumpuhan total di ibu kota. Namun, penjelasan resmi dari Dwikorita Karnawati membuka tabir atas kebenaran klaim tersebut, memunculkan kontroversi baru tentang penyebaran konten hoax dan pentingnya verifikasi informasi.

Dwikorita Karnawati, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), menegaskan bahwa video tersebut telah mengalami proses editing yang tidak bertanggung jawab. Video tersebut, yang sebenarnya merupakan potongan rekaman dari rapat dengar pendapat dengan Komisi V DPR-RI, telah dipotong-potong sehingga keluar dari konteks aslinya. Dalam rapat tersebut, Dwikorita menjelaskan perlunya pembangunan Gedung Operasional Peringatan Dini Tsunami di Bali sebagai bagian dari upaya mitigasi bencana.

“Dalam situasi ini, penting bagi masyarakat untuk memastikan bahwa informasi yang diterima bersumber dari sumber yang terpercaya dan telah diverifikasi,” kata Dwikorita dalam pernyataannya. “Konten yang tidak terverifikasi dapat menimbulkan kekhawatiran yang tidak perlu dan merusak stabilitas sosial.”

Menurut Dwikorita, kata “kelumpuhan” yang disebutkan dalam video viral merujuk pada terputusnya jaringan komunikasi akibat rusaknya infrastruktur selama gempa megathrust, bukan merujuk pada kelumpuhan total kota Jakarta. Namun, klaim yang tidak akurat ini telah menimbulkan kekhawatiran dan kepanikan di kalangan warga, menggarisbawahi pentingnya verifikasi informasi sebelum menyebarkan atau percaya pada klaim yang tidak terverifikasi.

Langkah-langkah mitigasi telah diambil oleh BMKG, termasuk pembangunan Gedung Operasional InaTEWS di Bali sebagai cadangan untuk mengantisipasi kemungkinan kelumpuhan operasional InaTEWS di Jakarta. Dalam skenario terburuk dengan gempa 8,7 SR, dampaknya dapat signifikan, namun Dwikorita menegaskan bahwa upaya manajemen risiko telah dilakukan untuk memastikan keberlanjutan operasional sistem peringatan dini.

Dengan penjelasan ini, Dwikorita berharap masyarakat dapat meredakan kekhawatiran yang muncul akibat penyebaran video viral dengan informasi yang keluar dari konteks aslinya. Ia juga mengajak masyarakat untuk lebih selektif dalam memperoleh informasi, dengan memastikan bahwa sumber informasi yang diakses adalah terpercaya, seperti BMKG, yang merupakan lembaga pemerintah yang memiliki kewenangan di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika. Ini juga menjadi pengingat penting tentang bahaya konten hoax dan peran aktif masyarakat dalam memerangi penyebarannya untuk menjaga stabilitas sosial dan ketenangan publik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *